Selasa, Maret 29, 2011

Analisis Ketidakseimbangan Penawaran dan Permintaan Eksport Rumput Laut (Eucheuma cottonii) di Sulawesi Selatan

An Analysis of In Balance Supply and Demand of Seaweed (Eucheuma cottonii) Export
South Sulawesi

Roslinda Daeng Siang, Kobajashi T. Isamu

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo
Jl. HEA Mokodompit Kampus Bmi Tridharma Anduonohu Kendari 93232
(Phone/fax : +62401 3193782) Email: roslindah24@yahoo.com; kobajashi.tisamu@yahoo.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis ketidakseimbangan penawaran dan permintaan ekspor rumput laut (E. cottonii), ditinjau dari variabel jumlah produk yang ditawarkan dan yang diminta, harga produksi dan harga ekspor, mutu, jenis dan waktu penawaran dan permintaan. Penelitian ini dilaksanakan di PT.Bantimurug Indah di Kabupaten Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Metode penelitian adalah metode deskriftif. Sumber data terdiri dari data primer dan data sekunder yang dikumpulkan melalui observasi dan wawancara langsung, yang dianalisis dengan metode analisis deskriftif, analisis tabel dan analisis regresi sederhana. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penawaran dan permintaan ekspor rumput laut (E. cottonii) berfluktuasi menurut variabel jumlah produk yang ditawarkan dan yang diminta, harga produksi dan harga ekspor, mutu produk, jenis produk dan waktu. Harga keseimbangan bisa terjadi pada US $ 4,211.85 dengan jumlah permintaan dan penawaran sebesar 275.49 ton. Tetapi keadaan keseimbangan di PT.Bantimurung Indah tidak pernah terjadi berdasarkan jumlah, harga, jenis poduk, dan waktu penawaran dan permintaan ekspor.

Kata kunci : penawaran, permintaan, keseimbangan, ekspor, pasar dan harga

ABSTRACT

The aim of the study was to describe and analyze on the imbalance of the supply and demand of seaweed export viewed from the amount of product supplied, price, quality, types, and time. The study was conducted at PT. Bantimurng Indah in Maros regency, South Sulawesi Province. The study was descriptive. The primary and secondary data were collected through observation and interview and analyzed by employing descriptive, tables and simple regression analyses. The result of the study indicate that supply and demand of seaweed export fluctuates according to the amount of product supplied and demanded, production and export prices, quality and types of product and time of the supply and demand. The balance between supply and demand has never happenend. The balance of price can happen at US$ 4,211.85 with the amount of suppaly and demand 275.49 tons. But the balance has never happaned at PT Bantimurung Indah due the discrepancy of amount, price, types of product and time of supply and demand of export.

Key words : supply, demand, balance, export, market and price
 


PENDAHULUAN

Permasaran ekspor rumput laut sampai saat ini, masih dominan dalam bentuk kering utuh, baik untuk rumput laut penghasil carrageenan, agar maupun alginat. Hal ini dikarenakan permintaan pasar dimana importir cenderung lebih menyukai rumput laut kering. Pemasaran jenis Euchema banyak dilakukan dalam bentuk makanan seperti manisan, cendol, sirup dan lain-lain namun masih terbatas. Sedangkan rumput laut penghasil agar seperti Gracilaria dan Gilidium banyak dibutuhkan untuk memenuhi industri agar-agar dalam negeri baik untuk bentuk tepung, batang maupun kertas. Dan untuk agar-agar penghasil alginat (Turbinaria, Sargasum dll) pemasarannya masih terbatas pada bentuk bahan baku kering.
Indonesia kehilangan banyak potensi ekonomi produk olahan rumput laut berupa carrageenan karena lemahnya sektor industri pengolahan hasil laut. Sebagian besar kebutuhan tepung carrageenan di Indonesia, masih dimpor dari negara lain. Industri pengolahan bahan baku rumput laut menjadi bahan setengah jadi apalagi bahan jadi belum banyak dilakukan di Indonesia. Sebagian besar produksi rumput laut diekspor sebagai bahan mentah, yaitu rumput laut yang telah dikeringkan. Padahal bila bahan baku rumput laut diolah dapat memberi nilai tambah beberapa kali lipat. Pengolahan rumput laut yaitu E. cottonii menjadi carrageenan misalnya, dicapai 20 hingga 30 kali lipat peningkatan nilai tambahnya. Bila dijual dalam bentuk bahan baku harganya 0,3 dollar AS perkilogram. Namun, dalam bentuk SRC (semi refined carrageenan) berharga 6 dollar AS/kg dan menjadi 10 dollar AS/kg dalam bentuk jadi sebagai bubuk carrageenan. (Ma’ruf, F,  2002)
Eucheuma spp merupakan bagian terpenting dan terbesar dalam volume ekspor rumput laut di Indonesia, dan sebagai salah satu komoditas unggulan perikanan secara terus menerus Sulawesi Selatan yang cenderung mengalami peningkatan produksi dari tahun ke tahun, dengan rata-rata peningkatannya sebesar 10.980,64 ton/tahun. Volume produksi pada tahun 2003 mencapai 21.581 ton kering (20 % dari produksi nasional).
Pertumbuhan volume ekspor komoditas rumput laut (E. cottonii) tidak hanya dipengaruhi oleh jumlah produksi yang tersedia, terbukti dengan masih terjadinya penurunan volume ekspor di Sulawesi Selatan pada tahun 1996 dan 1997. Meskipun pada tahun 1998 mengalami pertumbuhan volume 13.13 % namun pertumbuhan nilai menurun sampai -4.39 %, berarti harga rumput laut menurun pada saat itu, tetapi pada tahun 1999 mengalami peningkatan pertumbuhan volume   hingga 100,57 %, namun pada tahun 2000 mengalami penurunan sampai -17.54 % dan meningkat kembali pada tahun 2001 hingga 2004 mencapai 11.88 %, sementara volume produksi mengalami peningkatan secara terus menerus.
Perkembangan volume ekspor rumput laut yang mengalami penurunan pada tahun 1999 dan 2000 disamping disebabkan oleh rendahnya kualitas rumput laut akibat kegiatan produksi dan pascapanen yang kurang baik, adanya perubahan pola perdagangan dimana rumput laut yang biasa diekspor dalam bentuk kering kemudian diolah dan diekspor dalam bentuk tepung carrageenan yang cenderung semakin meningkat karena semakin meluasnya kegunaan dan permintaan rumput laut, juga akibat terjadinya perubahan kondisi perekonomian seperti terjadinya krisis moneter sejak tahun 1997.


Tabel 1.   Pertumbuhan volume dan nilai ekspor rumput laut (E. cottonii) di Provinsi Sulawesi Selatan, tahun 1994-2004
Tahun
 Ekspor Rumput Laut
Pertumbuhan (%)
Volume (Ton)
Nilai Fob (Us $)
Volume (%)
Nilai (%)
1994
3,800.31
1,870,825.86


1995
5,650.68
3,219,964.52
48.69
72.11
1996
4,591.60
3,328,638.68
-18.74
3.38
1997
4,008.46
2,487,634.14
-12.70
-25.27
1998
5,256.15
2,447,953.79
31.13
-1.60
1999
10,542.15
5,041,672.77
100.57
105.95
2000
8,693.51
2,690,969.96
-17.54
-46.63
2001
10,049.68
2,572,718.72
15.60
-4.39
2002
10,129.64
3,094,073.12
0.80
20.26
2003
15,338.81
5,105,065.10
51.43
64.99
2004
17,161.01
6,450,180.80
11.88
26.35
Rata-rata                  8,656.55
3,482,699.77
21.11
21.52
Sumber : BPS, Dinas Perikanan dan Kelautan, dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Propinsi Sulawesi Selatan, 2005

Sulawesi Selatan sebagai salah satu sentra pengembangan rumput laut khususnya jenis Eucheuma spp berpeluang besar untuk menjadi produsen utama rumput laut di Indonesia bahkan di dunia, karena potensi sumberdaya yang dimiliki begitu besar dengan panjang pantai 2500 km, pulau-pulau kecil sebanyak 250 buah, dan jumlah penduduk pesisir yang relatif banyak. Pengembangan rumput laut sebagai produk unggulan daerah telah diupayakan pemerintah untuk memenuhi permintaan dunia yang semakin besar khususnya jenis E. cottonii  penghasil carrageenan ± 14.000 ton/tahun pada tahun 2000, terbukti dengan adanya peningkatan volume produksi secara terus menerus setiap tahunnya, Namun perlu pula diperhatikan perkembangan pasar ekspor yang sangat dipengaruhi oleh perkembangan perekonomian dunia.
PT.Bantimurung Indah sebagai salah satu eksportir rumput laut (E. cottonii), sejak tahun1995 sampai 2004 menguasai pangsa pasar ekspor rumput laut Sulawesi Selatan rata-rata 5,58 % per tahun. PT.Bantimurung Indah  mempunyai peranan besar dalam pengembangan ekspor rumput laut di Sulawesi Selatan, karena memberikan kontribusi yang cukup besar sampai 7,22 % dari total ekspor Sulawesi Selatan atau sebesar 1,240 ton .
PT.Bantimurung Indah sejak tahun 1995 belum mampu memenuhi quota permintaan ekspor yaitu 1500 ton per tahun. Pada tahun 2004, PT.Bantimurung Indah hanya mampu mengekspor E. cottonii dalam bentuk semi carrageenan sebesar 260 ton dan bahan baku rumput laut sebesar 980 ton, sementara yang diproduksi dalam bentuk semi carrageenan sebesar 280 ton dan bahan baku sebesar  985, yang berasal dari bahan baku sebesar 2,157 ton. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa terjadi ketidakseimbangan penawaran dan permintaan ekspor rumput laut. Oleh karena itu, sangat menarik untuk menganalisis situasi ketidakseimbangan penawaran dan permintaan ekspor rumput laut (E. cottonii) di PT.Bantimurung Indah.

BAHAN DAN METODE 

Waktu dan Lokasi Penelitian
            Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2005 di PT. Bantimurung Indah di Kabupaten  Maros Provinsi Sulawesi Selatan. Lokasi  ini dipilih secara sengaja (metode purposive) karena merupakan salah satu eksportir rumput laut di Sulawesi Selatan dan industri pengolahan semi carrageenan yang menggunakan bahan baku rumput laut jenis E. cottonii.

Jenis dan Metode Penelitian
            Jenis penelitian yang dilakukan adalah metode studi kasus bertujuan untuk memberikan gambaran secara mendetail tentang latar belakang, sifat-sifat serta karakter-karakter yang khas dari kasus, ataupun status dari individu yang kemudian dari sifat-sifat khas tersebut akan dijadikan suatu hal yang bersifat umum. (Nazir, M. 1999). Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian deskriftif. Metode deskriftif adalah pencarian fakta, dengan interpretasi yang tepat. (Nazir, M. 1999)

Sumber Data dan Metode Pengumpulan Data
      Sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a)      Data primer, yaitu data yang diperoleh langsung di lapangan melalui observasi dan wawancara dengan pihak terkait.  Metode pengambilan data primer dilakukan dengan wawancara langsung dengan Direktur Perusahan, Manajer Produksi, Manajer Pemasaran, Karyawan serta staf administrasi.
b)      Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari kantor atau perusahaan yang erat kaitannya dengan data yang diperlukan untuk melengkapi data primer. Sumber data diperoleh dari PT.Bantimurung Indah, Dinas Kelautan dan Perikanan, Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Publikasi atau laporan-laporan lainnya yang berkaitan dengan penelitian ini. Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan mengambil atau menggunakan sebagian atau seluruhnya dari sekumpulan data yang telah dicatat atau dilaporkan.

Analisis Data
1.      Analisis kualitatif / deskriptif yang bertujuan untuk membuat gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki (Nazir,M. 1999)
2.      Analisis kuantitatif dengan menggunakan analisis tabel dan analisis statistik yaitu analisis regresi sederhana untuk mempelajari pengaruh antara sebuah variabel independen dan sebuah variabel dependen  (Nazir, M. 1999) yang dirumuskan sebagai berikut:
Y= ao + a1­X1 + ei ............................. (1)
Dimana : Y     = Volume (ton)
          X1   = Harga FOB ($USRibu)
          ao    = Titik potong (intercept)
          a1­    = Koefisien regresi atau  
                    estimator dari parameter 
HASIL DAN PEMBAHASAN

Sistem pemasaran di PT.Bantimurung Indah adalah sistem kontrak dengan metode pembayaran LC (Letter of Credit) yang telah disesuaikan dengan ketentuan ekspor dimana persyaratan pembayaran disesuaikan dengan kontrak yang telah ditentukan pada kontrak penawaran (offer sheet) atau disebut faktur perdagangan. Faktur perdagangan atau Commercial invoice adalah alat bukti perhitungan atas suatu transaksi yang dilakukan antara eksportir dan importir, atau merupakan suatu nota perhitungan yang dibuat oleh eksportir untuk importir yang berisi  Jumlah barang (Quantity), Harga satuan (unit-price), Harga total (total price) dan Perhitungan pembayaran (payment breakdown)
Setelah mengadakan negoisasi harga, kualitas produk, kuantitas, waktu pengiriman, dan kelengkapan dokumen lainnya, maka dilanjutkan dengan penandatanganan kontrak. Kadang-kadang dilakukan kontrak pada awal tahun, cara ini sangat menguntungkan manajemen bisnis perusahaan karena dengan demikian dapat memprediksi volume pengadaan bahan baku dan volume produksi.
Berdasarkan hasil penelitian, faktor-faktor yang mempengaruhi penawaran dan permintaan ekspor rumput laut di PT.Bantimurung Indah dapat dilihat berdasarkan jumlah, jenis, mutu, waktu dan harga. Kelima aspek ini dijadikan dasar pengamatan dalam penelitian ini, karena di PT.Bantimurung Indah selalu memprioritaskan kelima aspek tersebut dalam menjalankan proses pemasaran produknya. Dalam proses jual beli diterbitkan Offer Sheet atau surat penawaran yang menjelaskan tentang jenis, jumlah, mutu, waktu pengiriman dan harga produk yang diinginkan konsumen dan telah disepakati antara perusahaan  eksportir dan importir.
Permintaan adalah banyaknya jumlah  barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan tingkat harga tertentu dan dalam periode tertentu. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi permintaan dari individu atau perusahaan terhadap suatu produk diantaranya : harga barang itu sendiri, tingkat pendapatan konsumen,  jumlah penduduk/jumlah populasi, selera dan preferensi konsumen, harga barang lain/substitusi, jumlah konsumen  potensial, dan harapan-harapan untuk masa datang / ekspektasi konsumen, pengeluaran iklan / atribut produk. (Joesran, T.S. dan Fathorrozi, M., 2003 ; Siregar, A.R., 2003 ; Putong, I., 2005)
Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran ekspor rumput laut (E. cottonii) dalam bentuk dried seaweed dan SRC (Semi Refined Carrageenan) seperti yang telah diuraikan, maka dapat dikatakan bahwa keseimbangan

Tabel 2.     Ketidakseimbangan penawaran dan permintaan rumput laut di PT.Bantimurung Indah


Harga (US$/Ton)
Jumlah (ton)
Nilai (US$)
Tahun
 Produksi
Eksport
Penawaran
 Permintaan
 Produksi
Eksport
1995
1,213.92
1,915.12
215.47
255.00
261,563.34
488,355.60
1996
1,166.61
2,740.79
303.00
411.00
353,482.83
1,126,464.69
1997
1,875.24
2,987.00
281.00
488.00
526,942.44
1,457,656.00
1998
1,959.53
2,281.45
675.00
314.00
1,322,682.75
716,375.30
1999
2,704.23
3,327.19
367.00
336.00
992,452.41
1,117,935.84
2000
2,586.42
3,245.61
362.00
273.00
936,284.04
886,051.53
2001
1,918.31
3,534.76
307.00
250.00
588,921.17
883,690.00
2002
1,883.28
2,643.70
486.55
260.00
916,309.88
687,362.00
2003
2,394.02
2,784.78
249.00
269.00
596,110.98
749,105.82
2004
2,493.62
3,247.66
280.00
260.00
698,213.60
844,391.60
Rata-rata  2,019.52
2,870.81
352.60
311.60
719,296.34
895,738.84
Sumber : Diolah dari data PT.Bantimurung Indah 2005

Gambar 1.        Grafik ketidakseimbangan penawaran dan permintaan produk rumput laut di PT.Bantimurung Indah


penawaran dan permintaan ekspor di PT.Bantimurung Indah sangat sulit terjadi. Dalam kenyataannya, keseimbangan penawaran dan permintaan tidak sesuai dengan yang diharapkan.
Ketidakseimbangan penawaran dan permintaan produk rumput laut, dapat dilihat berdasarkan jumlah, harga, waktu, jenis produk dan mutu. Berikut ini adalah kondisi ketidakseimbangan penawaran dan permintaan produk rumput laut di PT.Bantimurung Indah:
Pada tabel 2 dan gambar 1 diketahui bahwa keadaan pasar yang terjadi adalah kelebihan permintaan dan kelebihan penawaran. Pada tahun 1995 sampai 1997 jumlah permintaan lebih besar dari jumlah penawaran menyebabkan harga tidak stabil dari US$ 1.915 akan mengalami kenaikan sampai US$ 2,987, sedangkan pada tahun 1998 sampai 2002 yang terjadi adalah kelebihan jumlah penawaran menyebabkan harga tidak stabil dan cenderung untuk mengalami penurunan, pada tahun 1998 memang terjadi penurunan harga menjadi US $ 2,281.45 tetapi pada tahun berikutnya tahun 1999 naik menjadi US$ 3,327.19, tetapi turun lagi pada tahun 2000 hingga tahun 2002 yang perubahan atau pergeseran harganya tidak begitu besar dan tidak stabil sehingga pengaruhnya terhadap jumlah tidak terlalu besar. Demikian pula pada tahun 2003 terjadi kelebihan jumlah permintaan dan pada tahun 2004 kembali terjadi kelebihan jumlah penawaran. 
Menurut Sukirno, S (2000), keadaan kelebihan penawaran yaitu jumlah yang ditawarkan di pasar adalah melebihi daripada yang diminta para pembeli dan keadaan kelebihan permintaan yaitu jumlah yang diminta para pembeli melebihi daripada yang ditawarkan para penjual. Dengan demikian tidak pernah terjadi titik keseimbangan antara jumlah penawaran dan permintaan. Titik keseimbangan terjadi apabila jumlah yang ditawarkan sama dengan jumlah yang diminta.
Kondisi ketidakseimbangan yang terjadi di PT.Bantimurung Indah, sesuai dengan kondisi yang digambarkan pada teori jaring laba-laba (Coweb Theorem) menurut Joesran, T.S., dkk. (2003), bahwa ketidakseimbangan terjadi karena pada suatu waktu produsen memperkiraan tingkat harga meningkat dan menguntungkan sehingga memperbesar penawarannya, sampai pada periode berikutnya penawaran di pasar melebihi permintaannya sehingga akan terjadi penurunan harga bukan seperti yang diinginkan produsen. Dan sebaliknya proses ini berlanjut dari satu periode ke periode berikutnya.
Berdasarkan  gambar 2, terlihat bahwa tidak pernah terjadi titik keseimbangan penawaran dan permintaan baik untuk jenis produk olahan SRC maupun  dried seaweed. Untuk produk SRC, pada tahun 1995-1997, terjadi kelebihan permintaan, dan pada tahun 1998 sampai 2003 terjadi kelebihan penawaran, tahun 2003 kelebihan permintaan dan tahun 2004 kelebihan penawaran. Sedangkan untuk dried seaweed pada tahun 1995 sampai 2001, permintaan dan penawaran berada pada titik 0 karena belum ada pemasaran produk tersebut, kemudian pada tahun 2002 - 2004 mulai dipasarkan dried seaweed dimana pada tahun 2003 terjadi kelebihan permintaan dan pada tahun 2002 dan 2004 terjadi kelebihan penawaran. Terjadinya kelebihan penawaran saat ini adalah karena keberhasilan pemerintah untuk meningkatkan minat petani berusaha budidaya rumput laut, tetapi belum dibarengi dengan peningkatan teknologi di dalam pengolahan menjadi carrageenan yang juga sangat dibutuhkan oleh industri dalam negeri, akhirnya penjualan dilakukan dalam bentuk dried seaweed. 



Gambar 2.     Grafik  ketidakseimbangan penawaran dan permintaan dihubungkan dengan jenis produk di PT.Bantimurung Indah.



Tabel 3.     Ketidakseimbangan waktu dari penawaran dan permintaan rumput laut di PT.Bantimurung Indah tahun1995 – 2004

Bulan
Jumlah Penawaran (Ton)
Jumlah permintaan (ton)
Januari
27
36
Februari
28
31
Maret
50
55
April
60
11
Mei
112
85.5
Juni
34
40
Juli
60
30
Agustus
70
20
September
92
20
Oktober
305
293.2
November
333
326.6
Desember
202
248
Rata-rata
114.42
99.69
Sumber : PT.Bantimurung Indah 1995-2004

Gambar 3.     Grafik ketidakseimbangan waktu dari penawaran dan permintaan rumput laut di PT.Bantimurung Indah tahun1995 – 2004


Berdasarkan Gambar 3, jumlah penawaran dan permintaan di PT.Bantimurung Indah setiap bulannya cenderung berbanding lurus, meskipun kelihatan cukup berfluktuasi. Perusahaan melakukan produksi secara kontinue rata-rata 99.31 ton perbulan begitupun dengan permintaan ekspor selalu ada sekitar 128.21 ton perbulan. Pada grafik juga ditunjukkan terjadinya kelebihan permintan pada bulan Januari, Februari, Maret, Juni dan Desember.  
Rata-rata jumlah penawaran relatif rendah pada bulan Januari - Februari, dan Juni –Agustus dan permintaan relatif rendah pada bulan Februari – September.  demikian halnya dengan ketersediaan bahan baku mengalami penurunan pada bulan tersebut seperti terlihat pada lampiran 1.  Hal ini disebabkan karena ketersediaan bahan baku ditingkat petani juga menurun karena kondisi perairan yang tidak mendukung usaha budidaya. Produksi rendah pada bulan Januari, Februari, Juli, Agustus, dan September.
Jumlah permintaan pada bulan-bulan tertentu mengalami peningkatan yaitu bulan Maret, Mei, Oktober, dan November dan penawaran relatif meningkat pada bulan Maret - Mei dan Oktober – Desember karena jumlah bahan baku di perusahan yang cukup tersedia.  Sementara jumlah produksi rumput laut di tingkat petani juga cukup tinggi pada bulan Maret, April, Mei, Oktober, November dan Desember.
Selain itu, meningkatnya produksi budidaya dari produsen luar negeri seperti di Filiphina terjadi panen raya pada bulan April hingga September 2005, sehingga permintaan terhadap rumput laut dari Indonesia berkurang apalagi dengan kualitas yang setingkat lebih rendah dari kualitas rumput laut luar negeri. 
Dengan demikian, waktu yang paling menguntungkan bagi petani untuk meningkatkan produksi rumput laut yaitu pada bulan Januari, Februari, Maret, Juni dan Desember. Dengan pertimbangan jumlah yang diminta oleh eksportir pada bulan-bulan tersebut lebih dari jumlah produk yang ditawarkan atau terjadi kelebihan permintaan.
Permasalahan yang dihadapi  oleh perusahaan (PT.Bantimurung Indah) dalam memasarkan produknya adalah persaingan harga bahan baku dalam negeri kadang tidak menguntungkan pihak industri, harga di pasaran luar negeri masih naik turun serta standar mutu tiap negara tujuan yang berbeda-beda, tidak seragamnya harga di tiap negara tujuan ekspor, dan jadwal pesanan dari negara tujuan tidak teratur.
Menurut Joesran, T.S., dkk. (2003), beberapa hal yang bisa menjadi permasalahan dalam mencapai keseimbangan antara lain ketidakstabilan sehingga keseimbangan tidak pernah terjadi karena jumlah yang ditawarkan lebih banyak dari harga yang diminta atau sebaliknya. Keseimbangan akan terjadi bila ada penyesuaian harga menuju keseimbangan dimana akan selalu terdapat kecenderungan baik harga maupun kuantitas akan mencapai keseimbangan kembali. Pematokan harga juga berpengaruh apabila posisi keseimbangan yang akan terjadi dipandang tidak menguntungkan maka pematokan harga menjadi realistis dan dapat dilakukan untuk melindungi produsen dan konsumen.
Persoalan lainnya adalah lemahnya kemampuan pemasaran produk. Pemasaran komoditas perikanan Indonesia, baik untuk pasar dalam negeri maupun untuk ekspor, sebagian besar masih ditentukan konsumen. Kondisi ini mengakibatkan harga jual produk perikanan pada umumnya kurang menguntungkan produsen, dalam hal ini nelayan atau pembudidaya.
 Dua hal yang melatarbelakangi kelemahan ini adalah pertama, lemahnya market intellegence yang meliputi penguasaan informasi tentang pesaing, segmen pasar, dan selera konsumen tentang jenis dan mutu produk. Kedua, belum memadainya sarana dan prasarana sistem transportasi dan komunikasi untuk mendukung distribusi produk dari produsen ke konsumen secara tepat waktu. Nelayan pun masih dihadapkan pada panjangnya rantai pemasaran yang harus dilewati dalam proses pembelian faktor-faktor produksi yang berakibat membengkaknya beban harga yang harus dibayar.

Hasil Regresi Sederhana
Untuk menguji tentang keseimbangan penawaran dan permintaan yang sulit terjadi maka diuji secara statistik dengan menggunakan regresi sederhana (SPSS windows pversion 11.5), yang kemudian disubstitusikan ke dalam persamaan fungsi penawaran dan fungsi permintaan untuk mengetahui harga dan jumlah keseimbangan.
            Dari hasil uji regresi sederhana diketahui:
  1. Persamaan penawaran  : 
QSx = 515.572 + (- 0,057) Px
  1. Persamaan permintaan : 
QDx = 296.556 – (0.005) Px

Berdasarkan fungsi tersebut, diketahui bahwa fungsi penawaran menunjukkan kurva penawaran yang berslope negatif sedangkan kurva permintaan berslope positif. Hal ini bertentangan dengan hukum penawaran dan permintaan. Yang terjadi adalah sebaliknya jadi tidak terjadi keseimbangan. Menurut Putong,I (2005), keseimbangan terjadi hanya jika berlaku hukum penawaran dan hukum permintaan.
Untuk melihat keseimbangannya dengan mensubstitusi persamaan penawaran dan persamaan permintaan yang diperoleh dari hasil regresi sederhana, maka harga keseimbangan dapat diketahui sebagai berikut.

                           QSx = QDx
                       K + xP = k – xP
515.572 + (-0,057)Px = 296.556 - 0.005Px
515.572 - 296.556      = 0.057Px - 0.005Px
                              Px = US$4,211.85
           
Jumlah keseimbangan dapat diketahui dengan mensubstitusikan ke dalam persamaan penawaran dan persamaan permintaan :
1.        Persamaan penawaran  :
QSx  =   k + xP
                =  15.572 + (- 0,057) Px
         =515.572 + (- 0,057)(US $ 4,211.85)  
         = 275.49 ton
2.        Persamaan permintaan : 
QDx = k – xP
         = 296.556 - 0.005 Px
         = 296.556 - 0.005 (US $ 4,211.85)
         = 275.49 ton

Dengan demikian harga keseimbangan terjadi pada US $ 4,211.85 pada saat jumlah penawaran dan permintaan sebesar 275.49 ton.  Berarti pada tingkat harga US $ 4,211.85, perusahaan PT.Bantimurung Indah dan konsumen tidak mengalami kerugian dan tidak untung. Atau pada saat perusahaan berproduksi sejumlah 275,49 ton, maka harga yang layak adalah 4,211.85. Berdasakan nilai tersebut bila dihubungkan dengan tabel penawaran dan permintaan pada tabel 2, maka PT. Bantimurung Indah belum mencapai  titik keseimbangan.
Pada saat harga keseimbangan US $ 4,211.85 / ton dan dengan jumlah penawaran dan permintaan sebesar 275.49 ton, maka akan diketahui bahwa perusahaan mencapai titik impas atau titik  break even point pada saat nilai penjualan atau pendapatan sebesar US $ 1,160,322.56, berarti perusahaan tidak akan mendapatkan keuntungan atau menderita kerugian atau impas.
Pada tabel 2, menunjukkan nilai produksi dan nilai ekspor tidak pernah mencapai keseimbangan, kelihatan bahwa nilai ekspor sangat dipengaruhi oleh jumlah. Nilai keseimbangan ini berkaitan dengan break even point yang merupakan suatu nilai di mana hasil penjualan produksi sama dengan biaya produksi sehingga pengeluaran sama dengan pendapatan. Dengan demikian pada saat itu perusahaan mengalami impas, tidak untung dan tidak rugi. Jadi batas minimum volume penjualan di PT.Bantimurung Indah agar tidak mengalami kerugian adalah sebesar 275.49 ton.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.      Penawaran ekspor rumput laut berfluktuasi (E. cottonii) menurut variabel jumlah produk yang ditawarkan, harga produksi, mutu produk, jenis produk dan waktu penawaran. Meningkatnya harga berbanding lurus dengan peningkatan jumlah penawaran tetapi pada periode lain terjadi pula perbandingan terbalik karena naiknya jumlah penawaran sehingga harga menurun dan turunnya jumlah penawaran menyebabkan harga meningkat.
2.      Permintaan ekspor rumput laut berfluktuasi menurut jumlah produk yang diminta, harga ekspor, mutu produk, jenis produk dan waktu permintaan. Profil permintaan terjadi perbandingan terbalik karena kenaikan harga sehingga jumlah permintaan menurun dan turunnya harga menyebabkan jumlah permintaan meningkat. Tetapi pada periode lain meningkatnya jumlah permintaan berbanding lurus dengan peningkatan harga dan sebaliknya.
3.      Kedaaan yang wujud adalah keadaan ketidakseimbangan permintaan dan penawaran pada jumlah, jenis dan dalam waktu yang sama. Harga keseimbangan bisa terjadi pada US $ 4,211.85 dengan jumlah penawaran dan permintaan sebesar 275.49 ton, berarti pada harga US $ 4,211.85 perusahaan PT.Bantimurung Indah dan buyer tidak mengalami kerugian dalam melakukan transaksi, tetapi di PT.Bantimurung Indah tidak pernah terjadi keseimbangan tersebut. Keadaan demikian terjadi karena tidak adanya kesesuaian jumlah, harga dan waktu penawaran dan permintaan ekspor.

DAFTAR PUSTAKA

Amir. 2005. Ekspor Impor: Teori dan Penerapannya (Seri Bisnis Internasional No. 13). PPM-Anggota IKAPI. Jakarta.
Badan Pusat Statistik, 2004. Laporan Statistik Sulawesi Selatan. Makassar.
Baso, A., 2005. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Produksi Usaha Tani Rumput Laut Di Kabupaten Bulukumba-Tesis Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Buletin Kelautan & Perikanan. Edisi juli 2003.  Departemen Kelautan Dan    Perikanan
Daeng Siang, R.. 2002. Analisis Keuntungan Usaha Rumput Laut (Eucheuma spp) di Desa Laikang Kecamatan Mangarabombang Kabupaten Takalar. Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan. Unhas. Makassar
Dahuri, R. 2005. Makalah  Disampaikan pada World Aquaculture Society Conference, (Online),  http://www.republika.co.id. Diakses 23 Juni 2005.
Dinas Perikanan dan Kelautan Sulawesi Selatan. 2003.  Mina Gerbang Emas Rumput Laut. Dinas Kelautan dan Perikanan Bulukumba.
Dinas Perikanan dan Kelautan Propinsi Sulawesi Selatan, 2004. Laporan Tahunan Dinas Perikanan Sulawesi Selatan. Makassar
Direktorat Perdagangan Luar Negeri 2000.  Pokok-Pokok Ketentuan dibidang Ekspor.  Departemen Perindustrian dan Perdagangan.  Jakarta.
Joesran, T.S., dan Fathorrozi, 2003. Teori Ekonomi Mikro. 2003. Salemba Empat. Jakarta
Ma’ruf, F. 2003. Menggali Manfaat Rumput Laut. (Online), Kompas Online, Diakses 23 Juli 2003.
Nazir, M. 1999. Metode Penelitian.  Ghalia Indonesia. Jakarta.
Putong, I. 2005. Ekonomi Mikro – Kajian Konvensional dan Wacana Syariah. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Reksoprayitno, S., 2000. Pengantar Ekonomi Makro, Edisi Enam. BPFE-Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Sediadi, A., dan Budihardjo, U. 2000. Pembuatan Rumput Laut. Proyek Sistem Informasi Iptek Nasional Guna Menunjang Pembangunan - Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Jakarta, (Online),  http://www.pdii.lipi.go.id dan  http://www.ristek.go.id. Diakses 20 April 2005
Siregar, A.R., 2003. Agribisnis Global dan Agroindustri (Modul Kuliah dan Kasus). Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Soebarini, S.Z. 2003. Prospek Agribisnis Rumput Laut (E. cottonii) terhadap peningkatan pendapatan petani di Kabupaten Takalar. Pascasarjana Universitas Hasanuddin. Makassar.
Sukirno, S, 2000. Pengantar Teori Mikroekonomi. PT.RajaGrafindo Persada. Jakarta
Syurkati, A. R., 2004. Studi Pengembangan Ekspor Rumput Laut (E. cottonii) Studi Kasus PT Bantimurung Indah. Unhas. Makassar.